Kamis, 15 Agustus 2013

Book review: 1Q84 (Book 1).


Judul: 1Q84. (いちきゅうはちよん Ichi-Kyū-Hachi-Yon) Jilid 1.
Pengarang: Haruki Murakami.
Rilis (Jepang): 2009.
Rilis (Indonesia): Mei 2013.
Penerjemah: Ribeka Ota.
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia.
Tebal: 516 halaman.
ISBN: 978-979-91-0567-7

SINOPSIS:
Sinfonietta dari Janáček mengalun di udara. Aomame menghembuskan nafasnya perlahan.
"Jangan sampai tertipu penampilan. Kenyataan selalu hanya ada satu." Ucap sang sopir taksi ditengah kemacetan.
Aomame tidak pernah tergesa-gesa dalam memindahkan seseorang ke dunia lain. Hanya dirinya sang professional, pengirim nyawa dengan satu ketukan yang membuat semua orang percaya bahwa 'Laki-laki itu mati karena sakit jantung'. Bukan tak beralasan. Ia bisa melakukannya demi membayar mereka yang terampas kebahagiannya, khususnya korban dari seorang bajingan.
Namun lama kelamaan, Aomame tersadar ada yang tidak beres dengan otaknya. Tidak, bukan karena Ia tidak merasa bersalah ketika membasmi para bajingan itu, tetapi ada satu memori yang menghilang begitu saja dari otaknya.
Baku tembak dengan grup ekstremis di pegunungan Yamanashi. 3 orang polisi tewas.
Tidak mungkin otaknya melewatkan berita ini. Tidak mungkin pula otaknya melupakan berita ini begitu cepat. Aomame berasumsi bahwa dunia ini mulai aneh. Atau mungkin, dirinyalah yang aneh. Hipotesisnya, dunia ini adalah dunia paralel, dunia baru yang tak pernah Ia lewati sebelumnya, dimana ada dua rembulan di angkasa. Ia menyebutnya 1Q84.

Tengo Kawana hidup sebagai novelis yang belum menerbitkan karyanya. Bersama Komatsu, seorang editor penerbit buku, mereka menemukan sebuah naskah cerita brilian dalam lomba sastra yang sayangnya kurang matang dan kaku. Tengo berusaha meyakinkan bahwa naskah ini luar biasa dan sangat memikat, tapi berbeda dengan Komatsu yang tidak begitu yakin. Namun sebuah ide muncul demi memenangkan naskah ini. Komatsu membuat sebuah tim 'illegal' demi naskah itu dengan meminta Tengo menulis ulang cerita tersebut.
Kepompong Udara, judul naskah tersebut, mulai membuat Tengo tidak bisa tidur. Muncullah Fuka-Eri, penulis Kepompong Udara, yang pendiam dan tak memiliki ekspresi di wajahnya namun terlihat cantik. Tengo kira semuanya akan berjalan dengan mudah, namun ternyata Ia harus terseret kedalam masa lalu Fuka-Eri dan bertemu dengan Professor Ebisuno, wali Fuka-Eri. Tengo semakin bingung ketika mengetahui bahwa Fuka-Eri memiliki disleksia. Beberapa fakta menyeruak, membuat situasi semakin rumit.
Tengo dan Komatsu akan membuat Fuka-Eri menjadi fenomenal.
Orang kecil, kata Fuka-Eri. Mereka ada.
Fuka-Eri bukan gadis biasa, ujar Tengo. Ia istimewa.

Sebuah komune bernama Takashima muncul dan dibentuk oleh Tomatsu Fukada, sebuah dosen di universitas. Komune tersebut kemudian diganti dengan Sakikage, yang meluas dan memiliki banyak anggota dari berbagai kalangan. Dengan Fukada sebagai pemimpin, Sakikage tumbuh dalam perpecahan menjadi dua faksi, dengan satu komune yang dibentuk para mahasiswa dinamakan Akebono, yang pernah terlibat dalam baku tembak di dekat danau Motosu, pengunungan Yamanashi.

Lalu, apakah hubungan antara semua ini?
Aomame, wanita pengirim nyawa lelaki bajingan ke dunia lain. Hidup diantara kebimbangan, di kelilingi oleh orang-orang yang berlatar belakang aneh, mencari arti dari dua rembulan. Bertahan hidup hanya dengan sebuah kenangan 20 tahun lalu, ketika Ia memegang tangan seorang laki-laki dan jatuh cinta dengan laki-laki itu. Tapi Ia tidak pernah tahu dimana laki-laki itu sekarang. Tidak ingin tahu dan tidak ingin mencari tahu. Ia percaya pada takdir.
Tengo, Fuka-Eri, Professor Ebisuno, Komatsu, Tomatsu Fukada bahkan Orang Kecil... biarkan mereka menemukan ceritanya sendiri....

REVIEW:
Gimana ya, sepertinya buku ini agak sulit untuk dijelaskan. Sangat kompleks. Tapi berhubung aku baru baca yang jilid satu saja, masih sedikit gampang dipahami-lah ya.. Tapi capek juga, soalnya harus ngerti beberapa istilah yang masih asing. Kalau kalian udah baca sinopsis diatas tadi, pasti jadi bingung kan? Aku aja yang sudah baca masih agak bingung. Hehehehe.
Kalau agak hint, sebenarnya inti cerita 1Q84 adalah kisah cinta lho.
Tambah bingung?
Jadi begini, Aomame memang seorang pembunuh. Saat masih kecil, Aomame hidup dengan keluarganya yang taat pergi ke gereja dan berceramah dari pintu ke pintu. Tetapi ia meninggalkan keluarganya lantaran ingin mencari kebebasan.
Sedangkan Tengo yang memiliki tubuh besar, saat kecil sering sekali menemani ayahnya yang bekerja sebagai penagih pajak. Mereka berdua bertemu.
Selang duapuluh tahun, mereka menginjak bumi yang sama. Keduanya berada dalam garis kebingungan. Namun seiring waktu, garis itu saling mendekat dan mereka dipertemukan.
Di dunia yang sudah nggak wajar dan dibatasi oleh jarak, keduanya mencari satu sama lain.
TADA.
click here for credit
Sejujurnya, aku suka sekali cerita 1Q84 Jilid 1. Unik, berbeda, dan nagih buat dibaca. Banyak sekali misteri yang terselip. Bahkan mungkin hampir semua rahasia ada di buku pertama.
Ada apa degan Fuka-Eri? Dalam konteks cerita, ia adalah pusat 1Q84. Karena keberadaan  Fuka-Eri inilah, cerita menjadi sangat kompleks. Yang belum kuceritakan, Aomame sebenarnya membunuh bukan karena keinginannya, tetapi ia memiliki kontrak dengan wanita tua yang membayarnya. Lagipula, yang ia lakukan adalah untuk kebaikan.
Tuturan buku ini sangat enak dan juga mengundang tawa. Di beberapa bagian awal, aku dibuat tertawa karena sifat Aomame yang pingin serba instan. Lalu percakapan Tengo dengan Fuka-Eri yang saling melengkapi. Percakapan Tengo dengan Komatsu juga terdengar cerdas karena mereka sering banget pake bahasa kiasan. Maklum, keduanya hidup di dunia sastra.
Kebanyakan terdengar serius dan berat, tapi justru itulah petikan-petikan penting dalam cerita.
Ini buku kedua yang kubaca dari Haruki Murakami. Setelah selesai baca Norwegian Wood, aku langsung cepet-cepet baca 1Q84 karena masih kerasa atmosfir Jepang-nya. Keseluruhan buku ini, hmmm lumayan. Idenya bisa kebaca, walaupun kompleks, tapi penasaran dan pingin cepat-cepat selesai. Haruki Murakami ini kok bisa gitu ya kepikiran tentang sebuah cerita dalam cerita yang ampunnn deh, ribetnya. Aku mau lanjutin Jilid 2 tapi agak mager nih, huhuhu..
Untuk sementara, jilid 3 belum rilis. Semoga secepatnya.
At leats, 4.4 stars of 5. Memungkinkan ratingnya turun kalau jilid kedua bikin tambah bingung. Mungkin aku jadi bingung juga karena masih muda ya. Belum banyak baca-baca buku sejenis ini. Hehehehe.

2 komentar:

  1. Sis, ada niat untuk jual yang Jilid 1 ga? Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Yolanda,
      untuk sementara buku ini tidak aku jual. Kalaupun dijual, kemungkinan besar kondisi bukunya kurang bagus (kertas mulai menguning).
      Salam kenal!

      Hapus